Sedikit Curahan Hati

Aku melihatnya duduk sendiri di tengah taman bunga. Wajahnya ia sembunyikan di kedua telapak tangannya. Sedang menangiskah dia? batinku. Sebenarnya aku juga bingung dan heran kenapa tiba-tiba bisa di taman bunga nan cantik ini. Aku berusaha mendekatinya. Apakah gerangan yang terjadi padanya.

Terdengar isak tangis pelan dari perempuan tersebut. Apakah aku mengenalnya? Aku berjongkok tepat di depannya. Aku sentuh telapak tangnnya untuk memberitahukan keberadaanku di depannya.

“Ada apakah gerangan adinda menangis di tengah taman ini?” tanyaku kepadanya.
Meskipun baru pertama kali aku melihat paras wajahnya. Seolah kami sudah saling mengenal dan tidak bertanya nama satu sama lain. Seolah ada keterikatan batin yang tidak bisa aku jelaskan. Sungguh!

Mata kami saling memandang. Lekat sekali kami berpandangan. Terlihat air matanya masih menetes. Sembari sesenggukan. Perempuan tersebut masih belum menjawab. Entah kenapa tiba-tiba jemari ini bergerak menyeka airmatanya yang menetes. Kulitku menyentuh kulitnya. Terasa lembut dan damai. Dia lagi-lagi masih terdiam.

“Adinda cantik ini tidak pantas untuk menangis. Siapa yang sebenarnya tega membuat adinda cantik ini menangis? Bolahkah kakanda mengetahuinya?”

Apakah ini mimpi? Apakah ini hanya sebatas imajinasiku yang selama ini masih jomblo? Ahhhhhhh.... aku harus membuktikannya kalau ini hanya sebatas mimpi. Aku cubit tanganku sendiri. Tidak ada rasa sakit. Mimpi ternyata!

“Aduuhh Mas, sakit tahu!” ujar perempuan tersebut menahan sakit. Suaranya terdengar merdu nan syahdu.

Oalah, jebule aku nyiwel tangannya bukan tanganku, hahaha. Aku pun hanya cengengesan melihat tingkah bodohku barusan. Terlihat senyuman di wajahnya, tangisan yang barusan aku dengar sudah tergantikan seyuman manisnya. Duh dekkk....senyumanmu itu lho, ngajak omah-omah.

Aku pun beranjak duduk di sebelahnya. Hanya ada kami berdua. Kemana orang-orang yang lainnya. Ah sudahlah, mungkin ini memang waktunya aku dan dia saja di sini.

“Kenapa adinda bisa di sini sendirian?” tanyaku kembali yang dari tadi belum mendapat jawaban.

“Banyak masalah yang aku hadapi Mas? Banyak sekali! Aku sudah tidak kuat menahannya. Inginku luapkan semua itu. Terasa aku sendirian dan asing mas. Dan tiba-tiba mas datang di sini,”

Terjadilah obrolan yang setengah serius di antara kami berdua. Mulai dari masalahnya, masa lalunya yang begitu berliku. Lantaran apakah aku harus mengetahui itu semua. Padahal kami barusan bertemu pertama kali di sini.

“Mas juga salah kok?”

“Salahku apa adinda? Kita kan baru pertama kali bertemu!” jawabku heran.

“Mas itu kesalahan terindah, eaaaaaaaa........” dia tersenyum kembali.
GUBRAAKKKKKK

Ealah, ternyata perempuan ini bisa menggombal juga, hahahaha. Duh dek....lagi iki aku digombali wong wadon ngene. Skak mat!

Dia melanjutkan bercerita akan masa lalunya kembali. Sungguh, kalau bukan cowok pasti aku akan meneteskan air mata sebagai tanda empatiku terhadap apa yang dia hadapi. Aku ki cowok, ora oleh nangis nek ngarepe cewek!! Aku kuat, aku kuat!!

Tiba-tiba terdengar tangisan kembali darinya. Aku rengkuh badannya ke pelukanku. Biarlah aku dikatakan tidak sopan. Tetapi mendengar semua ceritanya barusan, inginku menenangkannya di pelukannku. Yang mungkin belum tentu juga pelukanku hangat. Menangislah. Luapkan semua kesedihanmu. Tak apalah bajuku basah, toh besuk bisa dicuci kembali.

Aku genggam tangannya dengan lembut. Inginku salurkan energiku kepadanya. Bahwa dia tidak sendirian menghadapi itu semua. Masih ada Allah SWT yang senantiasa ada untuk umat-Nya. Masih ada aku juga di sini adinda, batinku.

Dia menatap wajahku. Jemari ini menyeka air matanya kembali. Wajahnya manis banget. Terlihat lugu dan polos.

“Ida pasti kuat kok menghadapi ini semua!”

Entah kenapa bibir ini bergerak ingin mengecup dahinya. Apakah ini juga diperbolehkan? Ini kali pertama kau mencium seorang perempuan.

****

“Le, tangi le subuhan! Kono ndang diadzani musholane!” gembor simbok dari pawon.
“Duh mbok.....arep jos-jose kok malah ditangekno. Yowislah ora rejeki,” sedikit sesalku kare simbok membuyarkan mimpi indahku barusan. Jarang-jarang sekali aku mimpi begituan. Aku cek juga katokku. Alhamdulillah ora bocor, hahahaha.

Aku bergegas mengambil air wudhu di kamar mandi terus ke mushola.

“Ida? Siapakah nama yang barusan aku sebut dalam mimpi itu? Wajahnya juga tidak asing sekali dalam ingatanku!” batinku bergemuruh memikirkan mimpi tadi.

Aku luapkan mimpi barusan ke adzan subuh. Suara falsku meliuk-liuk menembus pekatnya fajar hari ini. Paling juga para warga membatin. “Anake Pak RT wis adzan, khas dengan suara falsnya.”

Duh dekk...kapan kita bisa bersua kembali dalam mimpi. Inginku memperkenalkan diri saya kepada adinda. Inginku menghapus kembali semua tangisan adinda. Aku kok lali gak ngasih nomor telpon ya, hahaha.....

Salam Macul.......

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon