Sedikit Kisah Tentang Dimas


Sebelum saya mulai bercerita, ada baiknya saya perkenalkan dulu siapa itu Dimas.
Nama lengkapnya Dimas Ardha Pamungkas. Jujur saja, saya baru mengetahui nama lengkapnya beberapa hari yang lalu dari adik saya yang kebetulan seumuran dengan dia.

Dia masih anak-anak. Umurnya pun baru genap 13 tahun sekitar 3 bulan yang lalu. Bersekolah di SMP yang sama dengan Putri -adik saya-. Walaupun saya tak begitu akrab dengan Dimas, tapi saya tau kalau dia anak yang baik dan ceria. Seringkali dia bersepeda santai bersama teman-temannya melewati depan rumah saya ketika sore hari tiba.

Tiga hari yang lalu Dimas mendadak sakit, entah sakit apa. Menjelang Isya' Bapak dan Ibu saya menjenguk Dimas di Rumah Sakit. Saya yang waktu itu belum tau, lantas bertanya pada Ibu.

"Kok tumben pakai baju rapi, mau kemana buk?"

"Dimas sakit"

Sebenarnya jawaban ibu saya agak kurang nyambung dengan pertanyaan yang saya ajukan. Tapi di logika saja pasti bisa. Kalau ada orang sakit, pasti menjenguknya di Rumah Sakit kan?

Saya di rumah bersama Putri menunggu Bapak dan Ibu pulang. Tapi sampai larut mereka belum pulang juga. Saya maklum, Bapaknya Dimas itu kawan akrab Bapak saya. Bahkan dulu seingat saya Ibu saya dan Ibunya Dimas sering berkelakar kalau mereka ingin menukar anak kedua mereka, karena Orangtua Dimas mempunyai dua anak lelaki (Dicky dan Dimas) sedangkan orang tua saya mempunyai dua anak perempuan (Saya dan Putri). Mereka tidak mungkin menukar saya dengan Dicky, karena kami sudah cukup besar dan mengerti yang mana orangtua kandung dan orangtua tiri. Jadi muncullah guyonan penukaran anak kedua yang baru lahir. Itu berarti menukar Putri dengan Dimas.

Kembali ke cerita awal. Saya dan Putri sudah terlalu lelah menunggu Bapak dan ibu pulang. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur terlebih dahulu.
Pukul 2 dini hari, samar-samar saya mendengar suara Ibu yang membuka pintu kamar saya.

"Tik...tik...bangun...Dimas meninggal"

Jegeerrrr!!!
Bayangkan saja, dengan mata yang masih setengah terbuka saya mendengar kabar yang mengejutkan. Dimas, anak yang kemarin masih terlihat sehat itu tiba-tiba meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un..

Bukan hanya perkara sakitnya yang mendadak saja yang membuat saya begitu heran, tapi juga perkara meninggalnya juga yang membuat saya sedikit belum percaya.

Ada efek yang sedikit menyimpang dari kematian Dimas. Adik saya, tidak berani tidur sendirian. Katanya dia takut dan masih teringat wajah Dimas setiap saat. Apalagi sehari sebelum sakit, Dimas masih bisa mengikuti ujian Madrasah dan Putri masih bertemu dengannya. Ditambah lagi, setiap berangkat dan pulang sekolah Putri selalu menaiki angkutan umum yang sama dengan Dimas. Itu membuatnya semakin sering teringat wajah Dimas. Putri memang agak berlebihan.

Saya mengatakan pada Putri agar tidak usah merasa takut. Dimas bukanlah seseorang yang perlu ditakuti. Ada baiknya sekarang kita doakan agar Dia mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.

Dan dari peristiwa ini juga saya lebih menyadari bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua bisa terjadi tanpa kita bisa menduga.

Akhir kata, saya pribadi mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Dan untuk Dimas, semoga kamu bahagia bersama malaikat disana. Selamat jalan, Dimas..

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon