Hal-hal Yang Harus Dihindari Ketika Nonton Di Bioskop


Orang Indonesia penggila film. Baik itu menonton di bioskop maupun download film bajakan yang menjamur di internet. Bahkan porsi anggaran menonton mengalahkan porsi sedekah atau beramal. Saya yakin teman-teman tidak termasuk kaum seperti itu. Karena mereka orang-orang tafir. Titik.

Banyak sekali faktor yang membuat seseorang menonton di bioskop. Refreshing, melepas penat setelah seminggu bekerja. Penggemar salah satu film yang kebetulan sedang tayang. Sekadar menemani pacar atau gebetan nonton. Sebagai pelampiasan karena tidak ada tontonan di televisi yang mendidik. Isinya hanya sinetron-sinetron sampah. Tak jarang juga sebagai tempat pelampiasan asmara dua sejoli yang takut kena razia kalo check in di hotel melati. Dan masih banyak lagi faktor-faktor lainnya.

Ada beberapa hal yang sebaiknya teman-teman siapkan jikalau ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Baiklah. Baiklah. Mari kita bahas satu per satu.

Buang Air Kecil (Kencing)
Sangat disarankan sebelum masuk ke gedung bioskop sebaiknya Anda kencing terlebih dahulu. Kuras semua persediaan air seni kalian. Pastikan benar-benar kosong. Ini pernah terjadi kepada saya.

Jadi, saat itu si Bos mengajak nonton film di bioskop. Kota Anda tidak ada gedung bioskopnya? Hahaha. Kasihan sekali hidupmu, Kisanak! Soalnya kita sama. Awalnya tidak ada gejala hendak pipis. Dan saya yakin dapat menonton dengan tenang dan nyaman. Dan film yang diputar juga film aksi laga.

Setelah film berlalu, sesuai keinginan. Tidak terjadi apa-apa. Tetapi sial memang tidak pernah bisa kita tolak. Ndilalah, tiba-tiba, ujug-ujug, mak benduduk, anu ini ingin sekali pipis. Mana adegan sedang seru-serunya lagi. Baku hantam antar pemain. Suara dentuman bergelegar. Getarnya sampai ke ujung. Membuat saya semakin blingsatan. Tak karuan rasanya. Menahan sekuat tenaga.

Bingung mana keputusan yang harus saya pilih. Pertama, pergi ke belakang. Mengecurkan art water ke kloset. Tetapi perhitungan saya bekerja. Jarak dari tempat duduk ke kamar mandi kurang lebih 300 meter. Bolak balik 600 meter. Kalau saya berlari kurang lebih 1/2 m/detik. Berarti butuh waktu 20 menit. Belum waktu untuk ritual menguras art water. Katakanlah 5menit paling luama (iku nguyoh opo nguyoh liyane). Total 25 menit. Itu kondisi kalau toilet tidak penuh. Kalau ndilalah penuh, nunggu juga nambah-nambahi waktu. Iya kalau bejo kembali filmnya masih berlangsung. Bisa minta ceritakan gebetan yang adegan terpotong tadi. Lha kalau pas kembali layar bioskop nampilin kredit film. Modyar kon.

Yang kedua, ini sempat terlintas di kepala. Awal mula petaka karena si bos nawari minuman dingin. Bedebah memang, tapi kok ya enak. Saya curiga mungkin inilah yang mengilhami para kaum hawa selalu menolak dengan alasan ‘kamu terlalu baik untuk aku’. Karena memang yang bedebah, jahat dan bejat membuat ‘enak’. Ternyata ini asal muasal alasan badjingan dari penolakan tersebut. Sempat terlintas untuk nekat menampung pipis di botol minuman bedjat tadi. Sial memang. Kiri kanan saya cewek semua. Berjilbab pula. Makin erat pula aku nekem ini junior. Kalau nekat aku lakukan, dan ketahuan. Bisa modyar mantap jiwa. Bisa-bisa masuk headline koran lokal, seorang pria cabul di bioskop kepergok hendak mencabuli cewek berhijab di sebelah. Padahal bukan itu sebenarnya, toh media massa lebih menyukai berita-berita yang bombastis meski kevalidan isinya perlu dipertanyakan. Belum lagi si bos ikutan malu. Bisa-bisa besuk disuruh istirahat kerja di rumah selamanya.

Pilihan ketiga, ini juga sulit. Tidak jau beda memalukan dari pilihan dua tadi. Mengikhlaskan untuk mengompol di celana. Lega sih. Tapi akibatnya bahkan lebih dahsyat memalukan. Tiba-tiba seisi gedung bioskop mencium bau pesing. Orang Indonesia paling suka mencari kesalahan orang lain. Paling suka mencari kambing hitam. Paling suka tuduh menuduh antar sesama. Tidak butuh lama pasti ketahuan siapa yang tega merusak kekhusyukan menonton yang mengalahkan kekhusyukan ketika sedang beribadah. Dan radius 1 meter kanan kiri depan atas yang paling lantang menuduh. Tidak mau kan diteriaki,"asyuu mase ngompol ig!" Atau "badjingan mase ngompol nek katok."

Pilihan terakhir, pilihan para filsafat. Para filsuf. Yakni memotivasi diri sendiri bahwa kamu bisa. Tahan, tahan, kamu pasti bisa. Saya sugesti diri sendiri begitu. Tak pula makin erat dalam hal menekem ini junior. Duduk tidak jenak. Menonton adegan juga tidak bisa khusyuk menikmati. Ingin ndang-ndang selesai filmnya. Pertaruhan memang. Di satu sisi tidak ingin melewatkan setiap detik adegan film. Di sisi lain harus berjuang mati-matian untuk bisa menahan agar tidak jebol meski harus duduk gonta-ganti posisi. Aku bahkan teringat syair dari Wijhi Tukul dalam hal seperti ini, "hanya satu kata: Lawan."

Manusia memang gudangnya rencana, tetapi Gusti Allah Maha Menentukan. Sudah sekuat tenaga, bahkan sampai titik darah penghabisan, menahan gempuran panggilan alam. Tetap saja tubuh tidak bisa menolak kodrat. Saya akhirnya mengalah dengan si junior. Tidak enak yang namanya memendam. Menahan. Mungkin seperti itulah yang dirasakan jika seseorang tidak bisa mengungkapkan perasaan kepada yang disukai. Atau seperti selingkuhan yang hanya diperhatikan ketika waktu senggang saja. Rasanya itu sungguh-sungguh geli dicampur sakit.

Kentut
Kentut bisa sebagai pertanda gejala sakit perut atau mules. Kadang juga diasosiasikan seperti musuh dalam selimut. Karena bentuk fisiknya yang tidak bisa kita lihat tetapi memberikan dampak yang sungguh menjengkelkan. Bahkan bisa menimbulkan perpecahan. Politik devide et impera alami.

Kentut dibedakan menjadi dua kelas. Pertama, kentut telolet, maksudnya ketika kentut dibarengi dengan suara yang saya yakin sangat familiar di telinga teman-teman semua. Saya yakin itu! Yang kedua, kentut silent. Kentut tanpa mengeluarkan bunyi-bunyian atau suara. Ibarat sniper, mereka menggunakan peredam. Dan hanya orang-orang professional saja yang dapat mengatur kentut tanpa harus mengeluarkan bunyi. Butuh penguasaan pernafasan, tenaga dalam dan lain-lain.

Ada mitos yang mengatakan bahwa kentut yang berisik biasanya tidak berbau. Sedangkan, kentut yang silent biasanya lebih berbau. Tetapi itu semua tidak bisa dijadikan patokan utama di dalam dunia nyata. Terkadang malah sebaliknya. Hanya kentur dan Tuhan yang tahu.

Jika ndilalah di gedung bioskop kalian mau kentut. Sebisa mungkin keluar dari gedung tersebut. Jika tidak ingin melihat gedung tersebut menjadi medan pertempuran misuh. Tetapi jika kalian yakin bahwa kentut kalian tidak berbunyi dan tidak berbau. Silakan saja dilepas. Sekali lagi ada yakin bahwa kentut kalian tidak akan membawa malapetaka kedepannya.

Orang Indonesia terkenal sadis dan tidak kenal kompromi dalam hal perkentutan. Mereka bakalan militan dalam mencari sumber bau tersebut. Suara misuh pelbagai variasi dan tingkatan akan terucap. Semua penghuni kebun binatang tidak akan absen ikut keluar.

“Badhjingan, kentut bau gini tidak mau keluar.”

“Woy, mbokyo mikir. Kita butuh udara segar. Bukan udara yang dicemari bau busuk begini.”

“Asyuuuu, ngaku wae sopo iki sing ngentut!”

Pastikan lagi ketika hendak menonton bahwa kondisi perut kalian aman. Gas-gas hasil pencernaan tidak sedang dalam level tinggi. Dan jarang sekali – bahkan langka- ada orang yang mau mengakuii kalau dia yang mengentut. “Maaf tadi saya tidak kuat menahan jadi kentut deh!” Kalau ada orang seperti itu kalau perempuan cepat kalian jadikan istri, kalau pria cepat kalian jadikan suami. Negeri ini krisis orang jujur. Camkan itu!

Buang Air Besar (BAB)
Jika menahan pipis (kecil) saya begitu besar perjuangan menahannya. Maka jangan pernah menahan buang asir besar apalagi di dalam gedung bioskop. Kita memang tidak pernah bisa menebak kapan datangnya penyakit atau sakit. Suka-suka dia mau datang kapan saja. Kayak jelangkung saja ya. Tidak bisa kita prediksikan. Sama halnya kata putus atau break dalam hal hubungan. Ada yang sedang mesra-mesranya ndilalah ceweknya minta putus. Ada. Atau malah sebaliknya, cowoknya yang minta putus. Itu semua sudah hukum alam. Di hadapan yang lebih baik dan segalanya, perasaan bisa berubah kapan saja.

Saran saya, sebelum nonton ada baiknya jangan makan pedas-pedas. Atau kalau sebelumnya sudah terasa ada gejala mules atau sakit perut jangan pula dipaksakan untuk menonton. Saya yakin bukannya bisa khusyuk menikmati jalannya film, kita akan direpotkan dengan menikmati setiap kruwes-kruwesan di dalam perut.

Tapi kalo sudah terlanjur di tengah-tengah jalan film, tiba-tiba perut mules. Pastikan dahulu tanya pada diri Anda sendiri. Kuat tidak menahan itu gejolak usus dua belas jari. Ada tips sederhana untuk menangkal sakit perut. Yang pertama, kantongi batu kerikil. Cari yang kecil saja jangan yang besar. Konon ketika mengantongi kerikil sakit perut akan sembuh. Aaaahhh paling juga mitos? Ya terserah njenengan semua mau percaya atau tidak. Namanya juga mencoba. Lagian di dalam bioskop mana ada kerikil.

Yang kedua dengan memijat bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk. Pijat sekuat-kuatnya. Kalau orang tua dulu bilang pringkeli. Tekan dan pijat sekuat mungkin, sekuat kalian jika melihat gebetan jadian sama orang lain. Atau melihat mantan yang sekarang semakin cantik ketika putus. Badjingan bukan? Yang badjingan bukan pringkelinya tapi perumpaman tadi.

Lha kok belum juga ada perubahan yang menjanjikan? Ya mengalah saja. Mungkin memang kamu ditakdirkanm untuk tidak menyelesaikan misi menonton film tersebut. Segera berdiri dari tempat duduk. Kemudian menuju ke pintu keluar, berlarilah ke toilet jika memang sudah sampai di pucuk atau ujung. Daripada sampai cepirit di celana dalam gedung bioskop. Apa gak malah malu semalu-malunya….. namun engkau tak mengerti…. (eh, malah nyanyi)

Hidup memang hanya sebuah pilihan. Pilihan mana yang hendak kamu pilih. Memilih tetap bertahan di bioskop dengan pelbagai konsekuensinya. Atau harus mengalah. Mengapa selalu aku yang mengalah....


Ingatlah wahai kawan dimanapun Anda berada. Hidup itu hanya mampir nguyuh, ngetut lan ngising. Nguyuh art water sama nguyuh yang lainnya. Dan ketika hendak menonton bioskop, lebih baik sebelumnya Anda tinggal itu juniormu kalau bisa. Junior portable.

Salam Macul

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon