Kematian Itu Pasti

Berita kecelakaan antara mobil Avanza dengan kereta api Argo Bromo Anggrek yang terjadi di Purwodadi masih terngiang-ngiang di kepala. Saya pun membayangkan ketika kecelakaan tersebut terjadi. Menjadi orang yang berada di dalam mobil tersebut. Sekian detik mungkin masih bisa tertawa, membayangkan ketika sampai di tujuan. Sekian detik pula kepala kereta api menekan bodi mobil tersebut. Tergencet antara kepala dengan rel.
Di dalam waktu yang sesingkat itu, antara hidup dan mati, apakah yang keluar di mulut orang-orang tersebut? Sampai segitunya saya membayangkan. Dengan waktu yang sesingkat itu, saya yakin tidak ada yang membayangkan ada di dalam posisi tersebut. Naudzubillahi min dzalik.

Lantas saya teringat sebuah cerita menarik dari guru ngaji saya dulu. Tersebutlah seorang kepala pondok pesantren yang sangat dihormati dan disayangi para santrinya. Suatu waktu, salah satu santri memberikan hadiah seekor burung yang menawan kepada Kyai tersebut.
Oleh si Kyai, burung tersebut diajari kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH setiap hari. Sampai akhirnya si burung tersebut bisa mengucapkan kalimat tersebut. Betapa bahagianya si Kyai melihat perkembangan belajar si burung.
Yang terdengar dari si burung hanyalah kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH. Tidak ada yang lain. Sampai suatu ketika, ada seekor kucing yang memangsa burung kesayangan si Kyai tersebut. Dan itu terjadi langsung di depan matanya.
Betapa sedih dan menyesalnya si Kyai itu. Sampai membuat para santrinya heran. Kenapa hanya kematian seekor burung sampai segitu sedihannya.
"Pak Kyai, kenapa begitu sedih karena kematian burungnya? Kami bisa mencarikan burung lain yang tidak kalah cantik dan menariknya."
"Bukan perkara burung yang membuatku sedih. Kalian tahu burung tersebut setiap hari saya latih untuk melafalkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH. Tetapi ketika dimangsa kucing, bukan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH yang keluar melainkan ucapan yang lain."
*******
Tidak ada yang bisa menginginkan bagaimana cara kematian menyambut. Kematian itu misteri. Hanya Allah yang tahu. Tentu semua orang menginginkan kematian yang khusnul khotimah. Meninggal ketika teringat tentang Allah. Bukan kematian ketika melakukan kemaksiatan. Kita tidak bisa menghindari kematian. Memundurkan atau memajukan.

Kematian itu kepastian. Sudah cukupkah bekal kita untuk menyambut kepastian tersebut?

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon