Sudah lama tidak menyapa di blog ini. Ketika ditanya
peristiwa apakah yang paling disesali? Kalaupun bisa berputar ingin sekali
diulangi kembali? Adalah ketika mendaftar di KAI (Kereta Api Indonesia). Karena
menurut saya itu merupakan perjuangan sekali. Banyak yang dikorbankan pada saat
itu.
Bulan Mei akhir tahun 2016, saya memasukkan
lamaran pekerjaan di beberapa tempat. Salah satunya di PT KAI. Ketika keluar
pengumuman dari KAI nama saya sepertinya enggan nangkring. Alhasil dinyatakan
tidak lolos. Yang namanya rejeki memang tidak ada yang bias menebak. Akhirnya ada
telepon dari PT Suprama – produsen mie burung dara- bahwa dinyatakan lulus
wawancara dan diharuskan mengikuti training selama 3 bulan. Akhirnya saya memutuskan
untuk mengambil yang di PT Suprama lantaran tinggal menghitung hari sudah masuk
bulan puasa Ramadhan. Buat sangu nanti lebaran.
Seminggu di Sidoarjo, ndilalah ketika pulang dari kantor
ada sms masuk. Kluntingg.
Anda diharapkan kedatangannya besok untuk mengikuti tes
kesehatan pertama di PT Kereta Api Indonesia.
Bingung sumpah. Apakah harus mengambil tawaran tes
kesehatan di PT KAI atau tetap stay di Sidoarjo selama 3 bulan ke depan. Saat
itu sudah masuk bulan puasa Ramadhan. Akhirnya saya berkonsultasi dengan salah
satu keluarga di Semarang mengenai ini. Apa yang harus saya lakukan.
Saya pun memutuskan untuk mengambil tantang tersebut dengan
konsekuensi harus ijin di sini (Sidoarjo). Perlu diketahui perjalanan Sidoarjo – Semarang
kurang lebih 8 jam naik bus. Berangkat dari Sidoarjo jam 5 lebih, sampai di
Semarang paling tidak Subuhan. Habis di jalan memang. Tapi ya bagaimana lagi.
Singkat kata, tes kesehatan awal lolos. Sampai tes
tertulis, tes wawancara sampai tes kesehatan akhir. Karena wawancara dan tes
kesehatan akhir dilaksanakan setelah lebaran. Saya pun memutuskan untuk resign
dari PT Suprama. Gambling memang. Tapi memang harus dipilih salah satu.
Drama pun terjadi. Ketika wawancara dan tes kesehatan
akhir, kartu tes saya masih ketinggalan di Sidoarjo sana. Ya Allah, sampai
segitunya perjuangan ini. Ketika tes wawancara saya sudah lillahi ta’ala Karena
kartu tes tidak ada. Sempat eyel-eyelan dengan petugas yang mewawancarai.
Akhirnya saya diperbolehkan mengikuti tes wawancara. Sambal mencari informasi
dari rekan yang masih di Sidoarjo sana. Siapa tahu mereka ada yang mengetahui
keberadaan kartu tes tersebut.
Pengumuman wawancara dikeluarkan pukul 18:30 malamnya. Jadi
seharian harus menunggu pengumuman keluar. Alhamdulillah ada nama saya di nomor
1. Dan ada kabar dari Sidoarjo sana bahwa kartu tes saya ditemukan di salah
satu buku yang tertinggal di pabrik. Alhamdulillah kuadrat saat itu. Tetapi masalah
muncul lagi?
Kok masalahnya tidak kelar-kelar ya. Tes Kesehatan akhir
dilakukan lusa. Mau tidak mau mala mini juga harus segera ke Sidoarjo untuk
mengambil kartu tes. Berarti seharian dihabiskan di perjalanan. Mana tadi salah
satu petugase ngaish instruksi harus bersihkan karang gigi segala. Gimana bias kecandak
semua. Ya Allah.
Mana lagi di saku uang tinggal 50 ribu. Bingung, sumpah
bingung. Uang hanya cukup untuk sekali jalan. Pulangnya terus bagaimana? Terbesit
untuk motoran ke Sidoarjo. Pilihan bodoh, mana kuat motoran 8 jam sendirian.
Saya putuskan untuk tetap naik bus, motor saya titipkan di
rumah salah satu teman di Pati. Saya putuskan langsung untuk tidur. Badan sudah
capek seharian wawancara dan debat dengan pewawancaranya. Untuk diskusi
wawancaranya bias baca di salah satu artikel sebelumnya.
Paginya sampai juga di Sidoarjo, dan kalain tahu? Tidak bayar
sama kondekturnya. Kebesaran Allah SWT. Ketika kita yakin akan sesuatu, Allah
akan membukakan jalan-Nya sendiri. Setelah kartu tes sudah di tangan, siangnya
saya putuskan untuk pulang. Paling tidak malam sampai di Pati. Kemudian balik
ke Purwodadi.
Salah satu instruksi dari petugas kemarin diharuskan puasa
mulai dari jam 10 malam sampai tes kesehatan dilaksanakan. Semua mepet sekali.
Hingga akhirnya anjuran untuk membersihkan karang gigi tidak terlaksanakan.
Selain Karena waktu juga Karena keterbatasan dananya. Lillahi ta’ala lagi.
Keseokan paginya, tes kesehatan akhir terlewati. Lagi-lagi
diharuskan menunggu beberapa minggu menanti pengumuman. Saya sudah pesimis kala
itu. Karena ketika pemeriksaan gigi, saya sempat lihat bahwa petugasnya tidak
meloloskan saya. Bodoh memang. Ternyata benar anjuran salah satu petugas
kemarin. Bersihkan itu karang gigimu.
Nasi sudah menjadi bubur. Semua perjuangan di atas harus
sia-sia. Apakah saya down? Pastinya. Tapi kalaupun disesali terus apakah
hasilnya berubah? Tidak. Karena mungkin memang rejeki saya tidak di sana.
Sekuat apapun kalau rejeki kita tidak di sana, ya bakalan tidak keterima.
Pembelajaran tersebut merasuk ke dalam diri saya. Yakinlah bahwa rencana Allah
SWT lebih indah daripada rencana-rencana hamba-Nya.
Selang beberapa bulan, salah satu teman dulu yang pernah
kerja di koperasi (usaha Riba) tumben-tumbennya ngechat. Tanya sekarang lagi
kerja dimana?
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Saya direkomendasikan oleh
teman tersebut ke bosnya. Singkat cerita saya diterima kerja di sana. Harus
balik lagi ke Semarang untuk merantau. Ya Salam.
Rencana Allah memang lebih indah. Terkadang apa yang buruk
menurut kita belum tentu buruk di mata Allah. Camkan itu pada diri kita. Ikuti saja
alur indah dari Allah. Jalani, jalani, dan syukuri.
Di tempat kerja baru ini, saya diberikan kesempatan untuk
berkeliling kota Jawa. Jakarta, Bekasi, Depok, Surabaya, Malang, Jogjakarta dan
masih banyak lagi. Tidak terbesit sebelumnya saya bisa melakukannya.
Dan untuk pertama kalinya saya naik pesawat terbang juga
lantaran bekerja di sini. Belum tentu ketika diterima di KAI saya bisa
melakukannya. Rencana Gusti Allah lebih cantik bukan?
Semua pengalaman dan hal baru saya temukan di sini. Sembari
belajar hal-hal baru juga. Dan saya yakin semua itu tidak mungkin saya dapatkan
jika diterima di KAI.
Sekali lagi ada hikmah yang Allah selipkan di setiap
ujian-Nya. Husnudzon terhadap rencana-Nya.
Panjang ya ternyata curhatan kali ini. Padahal itu semua
saya ambil garis besarnya. Kalau bloko suto mungkin lebih panjang dari ini.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca
tulisan sederhana ini. Semua pasti ada hikmahnya.
Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon