Semua Pasti Ada Hikmahnya

Anonymous

Sudah lama tidak menyapa di blog ini. Ketika ditanya peristiwa apakah yang paling disesali? Kalaupun bisa berputar ingin sekali diulangi kembali? Adalah ketika mendaftar di KAI (Kereta Api Indonesia). Karena menurut saya itu merupakan perjuangan sekali. Banyak yang dikorbankan pada saat itu.

Bulan Mei akhir tahun 2016, saya memasukkan lamaran pekerjaan di beberapa tempat. Salah satunya di PT KAI. Ketika keluar pengumuman dari KAI nama saya sepertinya enggan nangkring. Alhasil dinyatakan tidak lolos. Yang namanya rejeki memang tidak ada yang bias menebak. Akhirnya ada telepon dari PT Suprama – produsen mie burung dara- bahwa dinyatakan lulus wawancara dan diharuskan mengikuti training selama 3 bulan. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil yang di PT Suprama lantaran tinggal menghitung hari sudah masuk bulan puasa Ramadhan. Buat sangu nanti lebaran.

Seminggu di Sidoarjo, ndilalah ketika pulang dari kantor ada sms masuk. Kluntingg.

Anda diharapkan kedatangannya besok untuk mengikuti tes kesehatan pertama di PT Kereta Api Indonesia.

Bingung sumpah. Apakah harus mengambil tawaran tes kesehatan di PT KAI atau tetap stay di Sidoarjo selama 3 bulan ke depan. Saat itu sudah masuk bulan puasa Ramadhan. Akhirnya saya berkonsultasi dengan salah satu keluarga di Semarang mengenai ini. Apa yang harus saya lakukan.

Saya pun memutuskan untuk mengambil tantang tersebut dengan konsekuensi harus ijin di sini (Sidoarjo).  Perlu diketahui perjalanan Sidoarjo – Semarang kurang lebih 8 jam naik bus. Berangkat dari Sidoarjo jam 5 lebih, sampai di Semarang paling tidak Subuhan. Habis di jalan memang. Tapi ya bagaimana lagi.

Singkat kata, tes kesehatan awal lolos. Sampai tes tertulis, tes wawancara sampai tes kesehatan akhir. Karena wawancara dan tes kesehatan akhir dilaksanakan setelah lebaran. Saya pun memutuskan untuk resign dari PT Suprama. Gambling memang. Tapi memang harus dipilih salah satu.

Drama pun terjadi. Ketika wawancara dan tes kesehatan akhir, kartu tes saya masih ketinggalan di Sidoarjo sana. Ya Allah, sampai segitunya perjuangan ini. Ketika tes wawancara saya sudah lillahi ta’ala Karena kartu tes tidak ada. Sempat eyel-eyelan dengan petugas yang mewawancarai. Akhirnya saya diperbolehkan mengikuti tes wawancara. Sambal mencari informasi dari rekan yang masih di Sidoarjo sana. Siapa tahu mereka ada yang mengetahui keberadaan kartu tes tersebut.

Pengumuman wawancara dikeluarkan pukul 18:30 malamnya. Jadi seharian harus menunggu pengumuman keluar. Alhamdulillah ada nama saya di nomor 1. Dan ada kabar dari Sidoarjo sana bahwa kartu tes saya ditemukan di salah satu buku yang tertinggal di pabrik. Alhamdulillah kuadrat saat itu. Tetapi masalah muncul lagi?

Kok masalahnya tidak kelar-kelar ya. Tes Kesehatan akhir dilakukan lusa. Mau tidak mau mala mini juga harus segera ke Sidoarjo untuk mengambil kartu tes. Berarti seharian dihabiskan di perjalanan. Mana tadi salah satu petugase ngaish instruksi harus bersihkan karang gigi segala. Gimana bias kecandak semua. Ya Allah.

Mana lagi di saku uang tinggal 50 ribu. Bingung, sumpah bingung. Uang hanya cukup untuk sekali jalan. Pulangnya terus bagaimana? Terbesit untuk motoran ke Sidoarjo. Pilihan bodoh, mana kuat motoran 8 jam sendirian.

Saya putuskan untuk tetap naik bus, motor saya titipkan di rumah salah satu teman di Pati. Saya putuskan langsung untuk tidur. Badan sudah capek seharian wawancara dan debat dengan pewawancaranya. Untuk diskusi wawancaranya bias baca di salah satu artikel sebelumnya.

Paginya sampai juga di Sidoarjo, dan kalain tahu? Tidak bayar sama kondekturnya. Kebesaran Allah SWT. Ketika kita yakin akan sesuatu, Allah akan membukakan jalan-Nya sendiri. Setelah kartu tes sudah di tangan, siangnya saya putuskan untuk pulang. Paling tidak malam sampai di Pati. Kemudian balik ke Purwodadi.

Salah satu instruksi dari petugas kemarin diharuskan puasa mulai dari jam 10 malam sampai tes kesehatan dilaksanakan. Semua mepet sekali. Hingga akhirnya anjuran untuk membersihkan karang gigi tidak terlaksanakan. Selain Karena waktu juga Karena keterbatasan dananya. Lillahi ta’ala lagi.

Keseokan paginya, tes kesehatan akhir terlewati. Lagi-lagi diharuskan menunggu beberapa minggu menanti pengumuman. Saya sudah pesimis kala itu. Karena ketika pemeriksaan gigi, saya sempat lihat bahwa petugasnya tidak meloloskan saya. Bodoh memang. Ternyata benar anjuran salah satu petugas kemarin. Bersihkan itu karang gigimu.

Nasi sudah menjadi bubur. Semua perjuangan di atas harus sia-sia. Apakah saya down? Pastinya. Tapi kalaupun disesali terus apakah hasilnya berubah? Tidak. Karena mungkin memang rejeki saya tidak di sana. Sekuat apapun kalau rejeki kita tidak di sana, ya bakalan tidak keterima. Pembelajaran tersebut merasuk ke dalam diri saya. Yakinlah bahwa rencana Allah SWT lebih indah daripada rencana-rencana hamba-Nya.

Selang beberapa bulan, salah satu teman dulu yang pernah kerja di koperasi (usaha Riba) tumben-tumbennya ngechat. Tanya sekarang lagi kerja dimana?

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Saya direkomendasikan oleh teman tersebut ke bosnya. Singkat cerita saya diterima kerja di sana. Harus balik lagi ke Semarang untuk merantau. Ya Salam.

Rencana Allah memang lebih indah. Terkadang apa yang buruk menurut kita belum tentu buruk di mata Allah. Camkan itu pada diri kita. Ikuti saja alur indah dari Allah. Jalani, jalani, dan syukuri.

Di tempat kerja baru ini, saya diberikan kesempatan untuk berkeliling kota Jawa. Jakarta, Bekasi, Depok, Surabaya, Malang, Jogjakarta dan masih banyak lagi. Tidak terbesit sebelumnya saya bisa melakukannya.

Dan untuk pertama kalinya saya naik pesawat terbang juga lantaran bekerja di sini. Belum tentu ketika diterima di KAI saya bisa melakukannya. Rencana Gusti Allah lebih cantik bukan?

Semua pengalaman dan hal baru saya temukan di sini. Sembari belajar hal-hal baru juga. Dan saya yakin semua itu tidak mungkin saya dapatkan jika diterima di KAI.

Sekali lagi ada hikmah yang Allah selipkan di setiap ujian-Nya. Husnudzon terhadap rencana-Nya.

Panjang ya ternyata curhatan kali ini. Padahal itu semua saya ambil garis besarnya. Kalau bloko suto mungkin lebih panjang dari ini.

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan sederhana ini. Semua pasti ada hikmahnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon