Fenomena Bakso Beranak

Dwi Andri YatmoBeberapa waktu lalu sempat heboh kuliner bakso beranak di desa saya. Hal ini karena sedang boomingnya tentang bakso beranak di media sosial dan media televisi. Viralnya pemberitaan tentang varian bakso yang terbilang abnormal ini membuat para penjual bakso ngalab berkah dengan tren ini.

Secara sekejab semua spanduk penjual bakso berganti baru. Tidak lupa ada kalimat Bakso Beranaknya. Hmapir semua mengikuti fenomena tersebut. Apakah salah? Tidak. Tidak ada yang salah ketika sebagai penjual mau tidak mau harus mengikuti tren yang sedang terjadi. Kalau tidak mau ditinggalkan pembeli atau dicap kurang up to date.
Bakso Beranak | Foto : media.travelingyuk.com
Kenapa disebut bakso beranak? Karena di dalam bakso ada bakso lagi. Diibaratkan bakso yang di dalam bakso itu adalah anaknya. Walau masih rancu siapa yang menghamili itu bakso hingga hamil dan beranak pinak, haha.

Fenomena seperti ini sebanarnya bukanlah yang pertama kali terjadi. Kembali beberapa tahun belakang, masih ingat di dalam pikiran kita betapa mewabahnya fenomena Es Krim Pot. Gegap gempitanya seheboh seperti yang terjadi saat ini. Semua berlomba-lomba menyediakan menu es krim pot. Lambat laun muncul varian-variannya, mulai dari Es Krim Kuburan sampai Es Krim Mantan.
Es Krim Pot | Foto : www.tokomesin.com
Apakah tren kuliner seperti ini akan bertahan lama? Sayangnya hal tersebut tidak bisa bertahan lama. Karena pada dasarnya fenomena tersebut booming karena RASA PENASARAN. Bukan karena kualitas dari produk tersebut. Jadi jangan heran, ketika sesuatu tren booming maka jangan heran pula seketika redup bahkan hilang. Kecuali ada nilai tambah (add value) yang ditambahkan di dalma produk tersebut.
Es Krim Kuburan | Foto : www.kulinersehat.com
Kalau saya pribadi untuk bakso tidak begitu suka. Emak saya yang paling suka bakso. Kalau bukan membelikan beliau, saya juga tidak membeli bakso yang entah siapa bidannya kok bisa beranak, hehe. Ada perbedaan memang, kalau bakso biasanya hanya 8.000 rupiah. Untuk varian satu ini dihargai 12.000. Dan tentu hal tersebut berbeda satu daerah dengan daerah lainnya.

Entah tren apalagi setelah bakso beranak ini hilang. Bisa jadi muncul bakso bidan, bakso dokter, bakso keguguran, atau bakso-bakso lainnya.

Sekali lagi, jika sebuah produk hanya dibeli karena sebatas PENASARAN. Jangan berharap bertahan lama atau eksis. Karena ketika sudah terpuaskan atau terpenuhi penasaran tersebut, kebanyakan konsumen tidak akan membelinya lagi. Itu sudah menjadi hukum dagang.


Salam Puinuk.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon