Mampir Ke Bakmi Jowo Mas Ayu Jilid II

Dwi Andri YatmoSebenarnya kalau dikatakan jilid II sih tidak juga, karena ini adalah kesekian kalinya saya datang ke sini lagi. Kalau yang pertama mungkin bisa rekan-rekan baca lagi di sini Mampir ke Bakmi Jowo Mas Ayu. Oh ya sekadar memberitahukan ternyata jika kalian googling di maps yang keluar adalah Bakmi Jowo Mbak Ayu. Entah siapa yang pertama kali membuatnya.
Spanduk depan warung Bakmi Jowo Mas Ayu | © Dwi Andri Yatmo
Untuk spanduk masih seperti terakhir saya ke sini. Masih sama. Tidak ada yang berubah. Yang berubah hanya ada tambahan dua karyawan yang masih muda membantu dua karyawan yang selama ini saya kenal. Siapa lagi kalau bukan si Ucil sama si Kirno.

Si Ucil salah satu karyawan Bakmi Jowo Mas Ayu | © Dwi Andri Yatmo
"Lho No, kamu balik lagi ke sini?" tanyaku kepada Kirno. Karena terkahir kali si Kirno memutuskan keluar untuk merantau ke Jakarta. Katanya ingin mencari penghasilan yang lebih. Ujung-ujungnya juga balik ke sini lagi.

"Iya Mas, habis lebaran ke sini lagi."

Suasana ruangan juga masih terlihat sama. Hanya warna cat yang terlihat baru. Pak Sumardi tidak terlihat membantu jualan. 

Salah satu pembeli Bakmi Jowo Mas Ayu | © Dwi Andri Yatmo

Televisi hiburan satu-satunya di Bakmi Jowo Mas Ayu | © Dwi Andri Yatmo

"Bapak kemana, Cil?"

"Masih di atas Mas. Perlu saya panggilkan?" tawar Ucil

Saya hanya menggelengkan kepala. Mmapir ke sini juga hanya ingin melepas kangen akan rasa makanan nasi ruwet godog. 

"Cil, pesan seperti biasa ya!"

"Oke!"

Saya jadi teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Waktu itu saya masih baru tinggal di kota ini, Semarang. Saat itu diajak makan sama teman mencari bakmi jowo. Itu pertama kalinya saya mendengar dan akan makan makanan yang say asendiri masih awam.

Awalnya saya menduga bakmi jowo itu tidak jauh berbeda dengan mie ayam. Itu anggapan saja waktu itu. Jadi ya saya iyakan saja tawaran tersebut. Ternyata eh ternyata, anggapan saya tersebut bertolak belakang 180 derajat.

"Ini makanan apa coba?" batin saya waktu itu.

Itulah pertama kalinya saya berkenalan dengan yang namanya bakmi jowo, Maklum di desa tidak ada yang namanya bakmi jowo. Adapun ada hanya mie ayam sama mie tektek. Lucu memang, awal pertama kali saya seolah tidak suka dengan makanan satu ini. Tetapi lambat laun malah bisa dibilang selalu mencari makanan ini. Ah, cinta pada pandangan pertama sepertinya tidak terjadi di saya untuk bakmi jowo ini, hehehe

Lamunan saya buyar ketika si Ucil datang membawakan pesanan saya. 

Nasi Ruwet Godog | © Dwi Andri Yatmo
"Nasi ruwet godog tanpa telor, pedasnya sedengan"

Saya hanya tersenyum.

Ah ya, kenapa saya memilih pedas sedengan. Karena pada dasarnya kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam semua hal. Sedang-sedang saja. Karena toh jika kurang pedas ada beberapa butir cabe yang sudah disiapkan di atas meja. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Sepertinya rindu ini akan segera terobati dengan masuknya satu suap demi suap makanan yang sudah tersaji di depan mata. Mari menikmati hidup dengan bahagia.

Salam Puinuk

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon