Dwi Andri Yatmo - Tulit...tulitt...tulittt....Suara tersebut saya yakin sudah familiar di telinga orang pedesaan atau kampung. Suara yang seolah dinanti oleh anak-anak kecil. Itu adalah suara dari alat yang dipakai oleh penjual sate pentol. Tahu sate pentol? Tidak tahu?
Sate pentol itu seperti bakso. Tetapi bukan bakso. Kalau bakso dalam komposisinya menggunakan daging. Sedangkam di pentol itu hanya menggunakan tepung kanji. Walau ada beberapa penjual yang memberikan isi telor puyuh atau sedikit daging di dalammnya.
Masih bisa dijumpai para penjual ini menjajakan pentol di sore hari. Rata-rata masih menggunakan sepeda untuk berjualan. Ada juga sih yang menggunakan sepeda motor, seiring mengikuti perkembangan jaman. Meski jumlahnya sudah tidak sebanyak sewaktu saya masih kecil.
Salah satu yang masih berjualan adalah Pak Bagong, begitu orang memanggilkan. Entah siapa nama asli bapak satu ini. Kehadirannya selalu dinanti setiap sore. Dengan suara khasnya tulit..tulit...tulit.
Pak Bagong, penjual sate pentol | Foto : Dwi Andri Yatmo |
Beliau sudah berjualan kurang lebih 1 tahunan. Sebelum berjualan pentol, Pak Bagong dulu merantau ke Kalimantan bersama istri dan anaknya. Setelah beberapa tahun kembali lagi ke Jawa. Dan akhirnya memutuskan untuk berjualan pentol. Informasi tersebut saya dapatkan dari tetangga yang juga sering beli pentolnya.
"Kenapa sih Pak memilih berjualan pentol?"tanya saya ketika membeli. Kebetulan Pak Bagong ini sering mangkal di depan rumah orangtua saya. Dan anak-anak yang hendak mengaji biasanya berhamburan mengerumuninya ketika datang.
"Niatnya ya berjualan untuk menafkahi keluarga. Selain itu juga untuk menebarkan kebahagiaan untuk anak-anak kecil di wilayah ini."
Sate pentol Pak Bagong | Foto : Dwi Andri Yatmo |
Sambal kacang, kecap dan caos | Foto : Dwi Andri Yatmo |
Saya sempat tertegun mendengar jawaban dari Pak Bagong. Kebahagiaan? Apa hubungannya dengan sate pentol?
"Sewaktu kecil saya juga sering beli sate pentol. Waktu itu bisa beli sate pentol adalah kebahagiaan di waktu sore hari. Tetapi sekarang ini kok sudah jarang yang berjualan. Saya tidak ingin profesi tersebut hilang. Lihat wajah-wajah anak kecil ketika membeli."
Saya pun melihat wajah-wajah anak kecil tersebut. Merek senang. Bahagia, meski hanya membeli dan memakan sate pentol.
"Memang mereka tidak tahu bahagia itu apa. Yang mereka tahu bisa beli jajan itu sebuah kesenangan. Itulah makan bahagia sebenarnya. Bersyukur atas apa yang dimiliki saat ini. Ya contohnya bisa beli sate pentol. Bahagia itu pada dasarnya sederhana. Kitalah yang sebenarnya membuay rumit. Dengan segala kriteria tetek bengek duniawi."
Pak Bagong sedang melayani pembeli anak-anak | Foto : Dwi Andri Yatmo |
Saya seolah dibukakan sebuah pengertian yang baru dalam memahami apa itu bahagia. Memang benar kata Pak Bagong, bahagia itu sederhana. Bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini. Tidak memaksakan keinginan diluar kemampuan kita. Salah satunya bisa menyantap sate pentol di sore hari.
Oh iya lupa, harga sate pentol di Pak Bagong 1.000 rupiah dapat beberapa pentol. Karena sekarang wadah pentol sudah pakai plastik. Ketika kecil dulu, beli pentol itu ya pakai sunduk dari bambu gitu.
Salam puinuk!
Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon