Ngopi di Bawah Pohon Kersen

Dwi Andri YatmoLetaknya memang tidak mencolok dari jalan utama desa. Hanya bangunan dari bambu dan beratap asbes. Depannya diapit dua buah pohon kersen. Tak lupa angkruk nangkring di bawahnya. Sebagai destinasi utama untuk menikmati kopi.
Pohon Kersen Depan Warung  | Foto : huzenify.blogspot.co.id
Orang sekitar lebih suka menyebutnya KPK. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan lembaga rasuah negara. Hanya saja namanya yang mirip. KPK singkatan dari Komunitas Pecinta Kopi.

Sebagai gambaran saja, kampungku berbentuk letter L dengan arah pandang langsung ke persawahan membentang.

Inilah satu-satunya warung kopi yang ada di sini. Mayoritas profesi warganya masih sebagai petani. Setiap malam tiada hiburan kalau bukan ngopi di warung KPK.

Masalah harga tidak perlu risau. Satu gelas kopi kothok hanya 2ribu rupiah. Sangat sangat terjangkau untuk para petani yang penghasilannya tidak tentu.

Kita bisa menikmati segelas kopi dengan leyeh-leyeh di angkruk persis bawah pohon kersen. Selain itu jika beruntung kita dapat bonus iringan suara musik alam dari persawahan. Mulai dari kodok sampai jangkrik.

Mitos bahwa pohon kersen tempat tinggal Kuntilanak. Tak berlaku di sini. Seklenik apa pun warga di sini tak sepobia tentang keberadaan pohon kersen. Terlepas segala macam manfaat yang ada di pohon kersen juga hanya segelintir warga yang tahu. Sebatas di manfaatkan untuk berteduh dan panjatan anak-anak kecil yang menyukai buah talok (nama lain kersen di sini)
Kopi Hitam | Foto : Nasirullah Sita,
Tenang, jika mencari tempat ngopi yang tenang dan mengutamakan percakapan langsung. Di sini tempatnya. Karena tidak ada fasilitas wifi yang diberikan. Bukan masalah apa, mayoritas bapak-bapak yang datang ngopi tidak pernah merisaukan.

Selain itu juga, warung kopi ini seolah berubah menjadi wadah informasi. Setiap kabar atau berita terbaru dapat diperoleh dari sini. Tak perlu repot-repot kita browsing di google. Karena setiap orang yang ngopi di sini dengan senang hati akan bercengkerama pelbagai hal. Mulai dari politik sebatas kulit ari sampai informasi hangat yang sedang terjadi di kampung. Paket komplit bukan?

Hal menarik selanjutnya adalah pelanggan setia yang selalu ada di sini. Orangnya sudah lumayan sepuh. Namanya Mbah Maskut, biasa dipanggil Mbah Kut. Sesepuh kampung yang sumeh. Bisa diajak ngobrol apa saja. Mulai dari perhitungan Jawa, hitungan jodoh, bahkan tak jarang ditanya masalah nomor.


Tak perlu fasilitas mewah untuk petani desa di sini. Cukup sekadar ngopi di bawah pohon kersen. Lebih dari sekadar cukup. Kalaulah kalian mampir, tentu aku ajak ngopi di sini.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon