Ketika Lelaki Melihat Paha di Jalan

Setiap hari, bahkan setiap kali di jalan raya selalu kita disuguhi pemandangan yang menyehatkan mata. Apalagi kalau bukan, bertebarannya paha-paha mulus. Mulai dari yang beneran mulus alami, belang-belang karena bekas udun, sampai yang mulus karena memakai stocking. Semua tersaji secara gratis.
Itu mereka lakukan secara sengaja atau secara tidak sengaja? Atau jangan-jangan itu mereka lakukan dalam rangka survei sesuatu? Ahhh aku juga bingung dan tidak paham. Tetapi yang pasti mereka mempertontonkan salah satu bagian tubuhnya dengan bebasnya di jalan raya. Para mata lelaki hanya bisa melirik dan menelan ludah. Glek. Jakunnya naik turun. Ada juga yang mencuri-curi pandang untuk lebih memastikan.
Apa aku juga seperti mereka di atas? Astaghfirullah, tentu ya sama. Aku lelaki normal yang masih butuh pelukan wanita. Dan ketika disajikan sesuatu yang gratis ya siapa yang nolak. Emang ada kucing diberi gereh lantas menolaknya? Bedebah sekali kusing tersebut. Hanya ada dua kemungkinan. Pertama kucing tersebut kehilangan identitas sebagai karnivora. Dan kedua, mungkin kucing tersbeut mengalami evolusi menjadi vegetarian.
Sebenarnya setiap kali melihat pupu berseliweran di jalan. Dalam hati ini bertarung antara dua kubu. Kubu pertama membisikkan,
“Tidak apa-apa! Lihat saja! Bukankah itu sama saja kita menghargai dan mengangumi ciptaan Allah SWT. Betapa sempurnanya Dia menciptakan paha begitu mulusnya!”
Bedebah sekali bisikan tersebut. Membawa-bawa hasil ciptakaan Allah segala. Tetapi ada sedikit benarnya juga sih.
Di sisi lain, kubu kedua membisikkan,
“Jangan dilihat! Itu sama saja kita melakukan zina mata. Bukankan segala zina itu dilarang dalam agama! Camkan itu anak muda! Camkan itu!”
Ini juga ada benarnya, melihat aurat lawan jenis yang bukan muhrimnya bukankah dimasukkan ke dalam perbuatan zina? Aahhhh, lantas apa yang harus aku lakukan. Masalahnya sekarang aku pas berhenti di belakang motor mbak-mbak yang paha berkibar-kibar minta dilihat itu. Detikan lampu merah juga, ngaudubillah masih lama.
Dilema.
“Tetapi bukannya ketika pandangan pertama itu sebuah rejeki?” kubu pertama tidak mau kalah membisiki kembali. “Makanya kalau sekali lihat jangan kedip sekalipun! Karena masih dalam kategori rejeki. Lha kalau sudah pandangan kedua, ketiga dan seterusnya baru masuk kategori dosa…..”
“Bajingan sekali bisikanmu, kamerad!” umpat kubu kedua tidak terima.
Wahai para wanita yang budiman! Janganlah membuat lelaki serba salah dengan memamerkan sebagian tubuhmu itu. Karena selain merusak fokus konsentrasi para lelaki di jalan. Juga akan membangunkan sesuatu yang terlelap tidur di sana. Apa kalian tidak memahami itu semua? Pernahkah kalian berpikir sampai situ? Betapa menyesakkan jika sesuatu itu bangun.
Dan ketika kita terbuai dengan bisikan kubu pertama tadi, dengan memperhatikan dengan saksama paha mulusnya. Per cm kita perhatikan. Kita telaah dan analisis. Dan jawabanmu sangat enteng sekali, “Punya mata dijaga Mas! Aku bukan cewek murahan seperti yang kamu kira! Pergi kamu dari hadapanku!”
Dan ketika kita meluruskan niat dengan menuruti bisikan kubu kedua. Kamu seolah tanpa berdosa menggerak-gerakkan kakimu yang putih tersebut. Semacam tanda ajakan. Sandi morse yang seandainya bisa berkata, “Lihat aku mas! Lihat aku mas! Lihat mas!”
Semakin naik turunlah jakun kami memahami itu semua.
Berdandanlah yang sopan rapi. Sehingga tidak memberikan perkara pelik untuk kau Adam. Kami memang selalu takluk di hadapan wanita. Tetapi bagaimana kita bisa mengungkung nafsu tersebut jika kalian selalu ngawe-ngawementolo minta dijiwit atau diciwel.
Kalaupun harus memakai rok 5 cm di atas lutut. Mbokyo pakai kain penutup atau jarik kalau mentok tidak punya. Karena toh kami juga segan jika kalian kaum Hawa memakai pakaian yang sopan. Ingat mbak, setiap kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Bukan kesempatan oleh si pelaku saja, melainkan kesempatan yang diberikan oleh korban tersebut.
Wahai pemilik pupuler (Pupu Dilér), sudah saatnya kalian sudahi permainan psikologis ini. Jangan kalian bombardir pertahanan kami dengan buaian paha mulusmu itu. Bertobatlah kalian semua Nak. Bukan dengan memamerkan belahan kaki kalian ke khalayak ramai agar dimengerti, dihargai, atau diakui. Malah kalian akan membangkitkan singa di dalam diri para lelaki. Camkan itu Suketi! Kembalikan kau ke alammu! Tempatmu bukan di sini!
Berpakaian sopan. Berpakaian santun. Itulah yang akan memberikan rasa segan dan hormat kami.
Salam Penikmat Pengamat Paha di Jalan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon