Satu
hal yang selalu Emak lakukan di rumah setiap pagi adalah memastikan
anak-anaknya sarapan sebelum berangkat sekolah. Walau hanya dengan lauk kemarin
yang dihangatkan kembali. Kadang juga hanya dengan sambel, tapi bagi saya itu
lebih dari cukup. Berapa banyak di luar sana yang tidak bisa makan, harus
bekerja membanting tulang demi sesuap nasi. Dan menu andalan Emak adalah sambel
tempe kemangi. Kalaupun tidak ada
kemangi ya tidak apa-apa, toh tetap sambel tempe.
Setiap
kali bangun tidur pasti sarapan sudah siap di meja (kusam) makan kami. Melihat
anaknya bangun Emak pasti langsung berkata, “Ndang sholat Subuh Le. Bar iku ndang sarapan trus adus, mangkat
sekolah!” (Ayo sholat subuh, Nak. Setelah itu sarapan kemudian berangkat
sekolah)
Emak
dan Bapak pasti sarapan paling terakhir, memastikan bahwa ketiga anaknya sudah
selesai sarapan. Terkadang Bapak malah harus ke sawah selepas subuhan, tidak
sempat sarapan. Lha wong sarapane
durung mateng. Setelah anak-anaknya berangkat sekolah, barulah Emak
sarapan. Tentu lauk sambel tempenya tersisa sedikit, tidak jarang bahkan
lauknya habis. Emak tidak pernah sedikit pun marah.
****
Emak
bukan wanita karir. Hanya lulusan SD. Terpaksa tidak meneruskan pendidikan SMP
dikarenakan harus mengalah dengan kelima adik laki-lakinya. Emak lebih memilih
membantu nenek menjaga adik-adiknya di rumah dan membantu pekerjaan rumah
tangga. Sebagai anak pertama dan perempuan memang harus serba cekatan dan serba
bisa di kampung. Tetapi itu sudah lebih dari cukup untuk kami berbangga hati
memiliki ibu seperti beliau.
Menjadi
seorang ibu yang baik tidak dilihat dari titel pendidikannya. Tetapi seberapa
besar beliau bisa menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anaknya.
Bagi
saya Emak selalu dalam #usiacantik. Tidak peduli berapaun umnurnya sekarang
ini. Karena perjuangan beliaulah kami tumbuh dewasa tanpa kekurangan kasih
sayang. Dari beliaulah kami belajar sabar dan mengalah. Dari beliau juga kami
belajar banyak hal. Meski fisiknya harus dikorbankan karena terus bekerja di
sawah.
*****
Bukan
uang banyak yang mereka inginkan dari kita, anak udik kampung.
Melainkan krungoke nak dituturi, manut nak dikongkon. Karena Emak dan
Bapak lebih banyak di sawah jadi semua urusan rumah harus bisa diselesaikan
anak-anaknya. Mulai dari menyapu, mencuci pakaian,mencuci piring, mengisi bak
mandi (dulu belum ada pompa air), ngarit buat
sapi. Hanya itu. Sederhana sekali bukan.
*****
Kasih
Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah
Kita
tidak akan pernah bisa membalas semua kasih sayang yang telah Emak dan Bapak
berikan kepada kita. Lantas apa yang dapat berikan? Jadilah anak yang
membanggakan orangtua. Tidak neko-neko. Manutan. Menjadi orang yang sukses.
Hanya itu yang mereka inginkan di masa paripurnanya.
Setiap
malam Emak pasti tertidur di amben depan
tv. Setelah seharian bergumul di sawah dan memasak di rumah. Jika ingin melihat
wajah bidadari kalian dengan sempurna, pandanglah wajah beliau ketika tidur.
Saya pernah melakukannya ketika tidak sengaja menemani Emak menonton tv.
Wajah
lelah, penat beliau. Tergurat dari kerutan-kerutan di wajah mereka. Kerutan
semakin bertambah seiring bertambahnya usia beliau. Wajah kusam yang terbakar
sinar matahari. Kulit kaki yang pecah-pecah. Tidak pernah berhenti memberikan
kasih sayang kepada anak-anaknya. Tanpa lelah bekerja untuk kebahagiaan
anak-anaknya. Pernahkah kalian melihat wajah sejati Emak kalian ketika
tertidur? Cobalah.
“Mbok,
ngapurane sing kathah. Dereng saget mbahagiake Emak karo Bapak. Nyuwun dongane
mawon Mak, mugo-mugo saget dados tiyang,” ujarku setelah melihat wajah
Emak tertidur.
Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon