Beberapa waktu yang lalu, saya sempat
dimintai bantuan oleh atasan untuj menghandle lowongan pekerjaan salah satu
bagian di kantor. Saya bagian menyortir mana-mana pelamar yang layak diwawancarai.
Adalah sekitar 50-an lamaran yang masuk di email.
Generasi millenial saat ini memang selalu
berpikiran praktis, cepat dan instan. Saya harus prihatin terhadap etika atau
tata cara mereka memasukkan lamaran meskipun sebatas lewat email. Kalau lewat tulisan
tangan pasti semua sama. Di sinilah letak seni dalam menilai seorang pelamar
itu harus dihubungi atau tidak.
Mungkin ini bisa dipakai untuk para
kawan-kawan yang biasa memasukkan lamaran via email. Ada lho etika mengirimkan
email lamaran. Sedangkan yang saya temui hampir semua tidak memudahkan tugas
para HRD melainkan menambah pusing dan geleng-geleng kepala. Meskipun terkadang juga
membuat tersenyum jika menjumpai hal-hal yang seharusnya tidak terjadi
tetapi kita jumpai.
1. Mengosongkan Subjek Email
Hampir rata-rata para pelamar pekerjaan tidak
menuliskan subjek di emailnya. Kalau diibaratkan subjek itu sebagai penunjuk
arah dari email itu sendiri. Apa to isi email Anda? Baiklah itu email lamaran
pekerjaan tapi hambokyo diisi. Mereka beranggapan toh ya para HRD tahu kalo itu
lamaran. Heloo nona-nona, jika kalian mengisi itu subjek email berarti kalian
memudahkan para penilai dan jadi salah satu jalan masuk untuk membuka email
tersebut.
Tentu sakit bukan, kita sudah capek-capek
ngirim email tetapi didiamkan. Diklikpun tidak, apalagi dibaca. Jadi ingat, isi
subjek email, bisa dengan "Lamaran Pekerjaan PT ABC Bagian Apalah
Gitu." Bolehlah hati kalian itu kosong, laiknya jomblo di luaran sana.
Tapi pliss kalo melamar gawean subjek email jangan dikosongin kayak hatimu itu!
2. Membiarkan Badan Email Kosong
Ini penyakit selanjutnya. Subjek email kosong
ladalah badan email juga kosong. Maunya apa coba ini pelamar. Ngajakin gelut?
Kebanyakan para pelamar mengirimkan file dalam bentuk zip atau rar sudah cukup.
Duh Gusti paringono sangar.
Ibarat awalnya sudah tidak ada penujuk
arah, pengantar pun juga tidak ada. Hanya diberi file kompresan. Inilah
kesalahannya. Sebaiknya dalam badan email digunakan sebagai pengantar bahwasanya
kalian hendak melamar pekerjaan. Atau bisa juga digunakan untuk menuliskan surat
lamaran pekerjaan itu sendiri. Lantas file pendukung seperti CV dan tetek
bengek lainnya dilampirkan.
Sudah to, sadar, kalau badan email itu
wajib diisi. Ya kayak kamu itu perlu diisi perhatian dan kasih sayang.
3. Melampirkan File Ngaudubillah Ukurannya
Seperti yang saya singgung di
atas. Para pelamar suka melampirkan file yang bentuk kompresan. Syukur-syukur
filenya kecil, terkadang itu filenya mengalahkan file HD JAV, hahaha bercanda
kok.
Kalau untuk saya pribadi masalah file
lampiran pendukung ada baiknya di lampirkan satu-satu. Ribet aja harus ekstrak
itu file kompres. Ini hanya pendapat saya. Pendapat oranglain tentu beda. Mungkin
ada baiknya file CV, ijazah, riwayat hidup dan lain sebagainya jadikan satu
file pdf. Tidak perlu repot-repot upload file satu-satu. Jika kalian memudahkan
pekerjaan HRD, tentu kalian akam dimudahkan juga dipanggilnya. Ahayyy
4. Kurangnya Dalam Membranding Diri Yang Menyentuh Emosi
Maksudnya apa ya? Jadi begini
sodara-sodara, seringkali ketika menuliskan tentang biodata diri kita selalu
mengikuti pakem"saya lahir tiga bersaudara. Saya nomor lima. Saya sekolah
di anu bla bla bla..."
Di sinilah letak kesalahan dalam membranding
diri. Poin utama dalam sebuah lamaran adalah menarik perhatian. Tariklah perhatian para HRD agar mereka menghubungi kalian. Tulislah apa-apa yang menjadi sisi positif kalian yang sekiranya relevan
dengan posisi yang hendak di lamar. Dan jangan terlalu dilebih-lebihkan atau
lebay.
Sederhana tapi kalian banget, contoh misal "saya
orangnya menjunjung tinggi kejujuran. Karena ketika dulu kuliah atau sekolah
diajarkan makna sebuah kejujuran di pelajaran akhlak agama."
Jika kalian bisa menyentuh sisi emosial
para HRD. Kemungkinan besar kalian akan dimasukkan ke kelompok yang harus
dihubungi untuk tes selanjutnya.
Mungkin hanya itu sedikit saran kepada
teman-teman yang masih berjuang mencari pekerjaan. Hidup itu tidak harus jadi
pencari pekerjaan. Menjadi pengusaha malah lebih enak dan menyenangkan. Tetapi
sekali lagi semua rejeki datangnya dari Allah. Kita hanya perlu berikhtiar,
berdoa dan bertawakal. Saya juga tidak bermaksud merasa paling pintar dalam hal lamar-melamar. Toh sering juga ditolak ketika memasukkan lamaran pekerjaan.
Melamar pekerjaan mungkin sulit. Lebih sulit kalau ditanya "aku mbok lamar kapan mas? Wis kesel aku ngenteni."
Modyarr. Mak klalep.
Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon