Hal-hal Wagu Ketika Bertemu Maling


Maling adalah seseorang yang mengambil barang orang lain yang notabene bukan miliknya tanpa ijin terlebih dahulu. Karena kalau ijin itu berarti minjem bukan maling. Bisa beraksi kapanpun dan dimanapun. Pagi hari, siang hari, sore hari, malam hati atau tengah malam sekalipun.

Yang  paling melegenda adalah ketika si Maling tidak mau mengakui ibunya. Mentang-mentang sudah menikahi putri saudagar kaya raya. Hal tersebut membuat si Maling dikutuk ibunya menjadi batu. Itulah cerita si Maling yang melegenda hingga saat ini (itu Malin woy, Malin Kundang, bukan Maling Kutang)

Kembali kita ke pembahasan maling.

Semisal kita bertemu maling, kebetulan kok si maling bersilahturahmi ke rumah atau kos kita (ngaudubillah jabang bayi amit-amit). Ada beberapa sikap yang menurut saya wagu ketika kita memergoki maling sedang timik-timik masuk ke rumah atau kos. Berikut ini beberapa hal wagu atau bodoh ketika bertemu maling:

1. Tanya Siapa Dia
Ketika bertemu dengan maling. Akan ada kecanggungan di antara keduanya. Saling kikuk menatap mata. Ambil contoh si Soni hendak buang hajat di kamar mandi. Ndilalah, mendengar suara kresek-kresek di belakang. dan Soni melihat ada orang asing.

Soni       : “Woy siapa kamu!”
Maling : ”Aku? Kamu tanya aku? Tega kamu Bang! Tega! Masak kamu segitu cepatnya melupakan aku!”
Soni       : (melongo! Dan tiba-tiba sudah cepirit di celana)

Itulah kali pertama kita ucapkan ketika melihat maling. Yang namanya maling dari nenek moyang buyut sampai sekarang kalau ditanya siapa dirinya tidak bakalan ada yang mau menjawab. Daripada harus basa-basi bertanya yang gak penting. Langsung saja ringkus tanpa banyak cingcong. Tapi kita harus yakin bahwa dia maling. Untuk memastikan dia maling atau tidak ya, tanya terlebih dahulu #eeehhhh.

2. Ngapain Kamu Di Sini
Kalau tadi Soni, sekarang Lukman yang mengalaminya. Ceritanya hampir sama seperti di atas, tapi kali ini Lukman kebelet pipis. Tiba-tiba dikejutkan oleh maling yang sedang memilah-milah sepatu olahraganya. Refleks Lukman langsung tanpa babibu.

Lukman : “Eh kamu lagi ngapain?” (sambil matanya mendelik dan sedikit membentak)
Maling : “Kamu masih tanya aku ngapain? Cukup Mas! Aku lelah! Kamu selalu tidak peka dan pengertian atas apa yang aku lakukan!”
Lukman : “Oke fine! Oke!” (sambil nahan anunya yang sudah sampai pucuk)

Selain kata pertama tadi. Ini yang biasa dikatakan ketika bertemu dengan seseorang yang mencuri, bertanya sedang apa yang dia lakukan. What? Kalau memang kita yakin dia hendak memalingkan barang. Ya harus segera diringkuslah. Ngapain capek-capek tanya sedang ngapain? Ya kalau maling ya tentu dia sedang mencuci, ehh mencurilah.

3. Teriak Maling, Maling, Maling
Ketika si maling sudah ketangkap basah atau kering juga boleh. Biasanya kita reflek berteriak maling, maling dan maling. Agar warga lainnya mendengar dan ikut membantu meringkus. Tetapi itu sepertinya yang tidak disukai si maling. Berikut ini ada percakapan singkat antara Soni yang sedang mengejar maling.

Soni : “Maling! Maling! Maling….!” (sambil berlari mengangkat sarungnya)
Maling : (yang tadinya berlari tiba-tiba berhenti) “Bisa gak sih diem! Aku tuh bisa denger! Gak usah pakai teriak-teriak segala! Apa kamu tidak kasihan apa sama warga yang sedang terlelap tidur? Menganggu mimpi indah mereka. Pernah gak sih mikir sampai di situ? Tidak pernah kan? Laki-laki semua sama saja! Kalau kamu masih mengejar-ngejarku seperti itu. Lebih baik kita kakak adikan saja!”
Soni : “Wooeeekkk!” (tiba-tiba langsung muntah)

Teriak-teriak memang boleh. Apalagi kalau ada maling yang berusaha kabur dari kejaran. Tetapi mbokyo pake irama atau nada ketika teriak maling, maling, malingnya. Biar tidak menganggu warga yang sedang tidur. Itu pesan si maling. Teriak boleh asal merdu dan mendayu-dayu. Kalau bisa ada cengkoknya sekalian.

“Maaaaalllliinnnggg…..! maaallliiingggg….!” (suara Iyeth Bustami lagu Laila Canggung)

4. Selalu Berteriak Berhenti Kamu!
Ketika kita sudah ngos-ngosan mengejar itu maling. Dan jarak kita masih jauh bagai bumi dan langit (aahh apain ini). Dan jurus terakhir yang selalu kita keluarkan adalah berteriak, ‘woy berhenti kamu!’. Kita ambil contoh Lukman yang katanya Guru Penjas tetapi masih saja kalah lari dengan maling. Guru yang tidak bisa diambil contoh baik sama sekali, lari saja kalah.

Lukman : “Woy berhenti kamu! Woy berhenti!”
Maling : “Memang kamu siapa? Nyuruh-nyuruh aku berhenti? Pacar juga bukan! Laki-laki memang egois. Selalu memaksakan kehendak seenak udelnya. Hayati lelah, Bang! Lelah selalu begini! Ngejar aku saja payah begitu. Gimana mau ngejar rumah tangga kita kelak!”
Lukman : (lagi-lagi melongo) “Hueeekkkk!” (tiba-tiba muntaber)

Setinggi apapun pangkat kamu, tidak bisa menyuruh maling berhenti berlari. Daripada bengok-bengok tak karuan. Fokus saja sama kecepatanmu untuk bisa menyamainya. Syukur-syukur bisa menyalipnya untuk sampai di garis finish duluan.

Itulah keempat hal-hal wagu yang sering kita jumpai atau bahkan kita lakukan jika harus bersua dengan maling. Dan sudah saatnya kewaguan tersebut kita ganti.

Sebenarnya masih ada satu maling yang lebih berbahaya daripada contoh maling-maling seperti di atas. Yaitu maling cinta, maling hati kita. Kita memang tidak kehilangan berupa barang di dunia nyata. Dan sialnya ketika kita sudah mengetahui identitas si maling. Kita tidak bisa menangkapnya. Menyeretnya ke kantor polsek terdekat. Siapa lagi kalau bukan cewek.


Kita sudahi tulisan yang tidak ada faedahnya ini. Mohon maaf lahir batin!

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Monggo nak selo podo komentar..... EmoticonEmoticon